GAYA-GAYA MENGAJAR
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PENJAS
MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Belajar dan Pembelajaran Penjas
Dosen: Dr. Tite
Juliantine, M.Pd
oleh:
Tati Nurhayati
|
1100981
|
Rangga Ary Ghozali
|
1101046
|
Faizal Hilmi
|
1100996
|
Taofik Ramdani
|
1101070
|
Lia Lestari
|
1101023
|
Avinie Aviaty Zulfa
|
![Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: D:\Kerja-Kuliahan\LOGO\3007779730_ffe2aeefe7.jpg](file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
JURUSAN PENDIDIKAN
OLAHRAGA DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN
OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan hidayahNya
penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Gaya-gaya Mengajar
Pedidikan Jasmani”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
matakuliah Belajar dan Pembelajar Pendidikan Jasmani..
Dalam proses
belajar-megajar, kegiatan yang paling strategis adalah sangat tergantung pada
pemilihan dan penetapan strategi pembelajaran. Strategi mengajar dapat
diartikan sebagai pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tindak-tanduk,
perilaku atau perbuatan mengajar.
Strategi
pengajaran yang berpusat pada guru, menunjukan cirri yang khas yaitu guru yang
mendominasi semua proses belajar-mengajar, artinya semua kegiatan dimulai dari
inisiatif dan keputusan semua terletak pada guru. Sedangkan strategi pengajaran
yang berpusat pada siswa menunjukan cirri bahwa siswalah yang berinisiatif
dalam proses belajar-menngajar termasuk juga siswa berperan dalam menentukan
keputusan.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan penulisan makalah ini. Semoga Allah swt.
memberikan balasan yang berlipat ganda. Diharapkan
dengan disusunnya makalah ini, pembaca dapat memahami tentang organisasi olahraga di
masyarakat. Akhir
kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya. Amin.
Bandung, 26 Maret 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam
proses belajar mengajar tidak ada satu ketentuan yang melandaskan bahwa hanya
satu strategi yang paling efektif untuk pengajaran pendidikan jasmani. Jadi
dalam menerapkan strategi pengajaran selalu harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisi pada waktu proses belajar
mengajar berlangsung.
Gaya
mengajar berkaitan dengan pembuatan keutusan yang dilakukan guru baik sebelum,
selama, maupun setelah proses pembelajaran. Pembuatan keputusan tersebut
berdampak pada cara belajar siswa. Belajar pada hakikatnya adalah proses
memperoleh informasi, mengolah informasi, dan membuat keputusan. Semakin banyak
informasi yang diperoleh, semakin banyak informasi yang diolah, dan semakin
banyak keputusan yang dibuat, berarti semakin banyak belajar.
Makalah ini akan membahas tentang pengertian gaya
mengajar, variasi gaya mengajar. Selain itu makalah ini akan membahas tentang
jenis-jenis gaya mengajar.
1.2 Batasan Masalah
Pada makalah
ini, permasalahan akan dibatasi mengenai gaya-gaya mengajar
yang dikemukakan oleh Mosston.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
1.
Apa
yang dimaksud dengan gaya mengajar?
2.
Apa
saja jenis-jenis gaya mengajar?
3.
Apa
saja variasi dalam gaya mengajar?
1.4 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan
yang hendak dicapai melaluui penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis:
1.
Gaya
mengajar
2.
Jenis-jenis
gaya mengajar
3.
Variasi
dalam gaya mengajar
1.5 Manfaat Penulisan Makalah
Makalah
ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan terhadap:
1.
Penulis,
sebagai wahana penambah pengetahuan mengenai gaya-gaya mengajar penjas
BAB II
GAYA-GAYA MENGAJAR
2.1 Pengertian Gaya Mengajar
Gaya mengajar adalah pedoman
khusus untuk struktur episode belajar atau pembelajaran. Mosston beranggapan
bahwa mengajar adalah serangkaian hubungan yang berkesinambungan antara guru
dengan siswa, yaitu:
1.
Mencoba mencapai keserasian antara apa yang diniatkan
dengan apa yang sebenarnya terjadi
MAKSUD = PERBUATAN (INTENT =
ACTION).
2.
Masalah yang bertentangan tentang metode mangajar
Salah satu masalah yang berlanjut
dalam menentukan bagaimana mengajarkan sesuatu adalah “ Cara apakah yang
terbaik?”. Dari sini muncul banyak perdebatan mengenai metode mana yang lebih
baik. Pengajaran individual vs. Pengajar kelompok; memecahkan masalah vs. menghafal.
Pandangan yang mempertentangkan suatu pendekatan terhadap pendekatan yang lain
adalah hanya dalih yang dibuat-buat. Pertanyaan yang sebenarnya adalah:
“Pendekatan-pendekatan mana yang dapat mencapai sasaran guru?”. Guru harus
berdasar pilihannya atas:
a. kemampuan guru
b. kebutuhan siswa
c. besarnya kelas
d. alat dan fasilitas yang
tersedia
e. media yang ada
f. tujuan yang ingin dicapai
g. materi yang dipelajari
h. lingkungannya.
Tujuan yang akan menentukan gaya apa yang akan
digunakan dari pada memilih metode atau gaya karena diharapkan akan baik.
3.
Kita juga harus dapat mengatasi kecenderungan-kecenderungan
pribadi seorang guru
Seringkali kita tidak dapat membedakan antara sifat-sifat pribadi dengan
gaya mengajar. Seorang guru yang sifatnya sangat otoriter seringkali kelihatan
seperti sangat bisa mengatur, padahal dalam kenyatannya ia sangat terbuka dalam
gaya-gaya mengajarnya. Struktur pengajaran mengatasi sifat-sifat pribadi.
4.
Mengajar-Belajar-Tujuan
Interaksi antara guru dan siswa mencerminkan perilaku mengajar dan relajar
tertentu. Apabila merencanakan pembelajaran, berbagai gaya didasarkan atas
interaksi antara perilaku siswa dan perilaku guru, serta hubungannya dalam
mencapai suatu sasaran tertentu.
PG = perilaku guru
PS= perilaku siswa
T = tujuan
Ini merupakan statu unit
pedagogis, dan juga akan memungkinkan kita bertanya mengenai ketiga komponen
dan hubungan mereka. Ini perlu diingat untuk menghindari pertentangan yang
selalu diperdebatkan pada waktu memilih sarana untuk mengajar.
5.
Mooston memakai perilaku guru sebagai titik masuk
Hal ini dapat dinyatakan bahwa perilaku guru akan mengarahkan perilaku
siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
PERILAKU GURU MERUPAKAN RANGKAIAN
KEPUTUSAN
Setiap tindakan mengajar
merupakan hasil dari keputusan yang telah diambil sebelumnya:
1.
Kita perlu memahami hakikat keputusan-keputusannya
2.
Kita perlu memahami penggolongan keputusan-keputusan
yang telah dibuat, yaitu:
a. Keputusan
mengenai pokok bahasan, organisasi, dan sasaran
b. Kesemuanya ini diatur dalam tiga perangkat yang merupakan urutan
dalam proses pembelajaran
PG
PS
T
KEPUTUSAN-KEPUTUSAN
1. Pra-Pertemuan
a. sasaran pembelajaran
b. pemilihan gaya
c. gaya belajar yang diharapkan
d. siapa yang akan diajar (kelompok atau individu)
e. pokok bahasan:
1) tugas
2) jumlah
3) urutan
f. dimana mengajar (lokasi)
g. kapan mengajar
1) waktu
mulai
2) kecepatan
– irama pembelajaran
3) lamanya
4) waktu
berhenti
5) waktu
tenggang antara tugas-tugas
6) akhir
pembelajaran
h. sikap badan
i. pakaian dan penampilan
j. cara menjawab pertanyaan-pertanyaan
k. pengaturan organisasi
l. parameter - pembatasan golongan
m. suasana kelas – sosial, afektif
n. evaluasi bahan dan prosedur
o. lain-lain
Kesemuanya ini merupakan
keputusan-keputusan yang perlu diambil secara sadar mengenai bagaimana
pembelajaran akan disusun.
2. Selama Pertemuan
Keputusan-keputusan yang perlu
diambil selama pembelajaran berlangsung adalah:
a. Melaksanakan keputusan-keputusan pra-pertemuan
b. Menyesuaikan keputusan-keputusan – mungkin keputusan yang diambil
harus diubah untuk lancarnya pembelajaran
c. Lain-lain
3. Pasca Pertemuan
Keputusan diambil mungkin selama
atau sesudah pelajaran berlangsung. Menilai penampilan dan umpan balik yang
diberikan dapat dilakukan selama atau sesudah pelaksanaan tugas-tugas untuk
pembelajaran:
a. Harus melihat penampilan siswa dan mengumpulkan
keterangan-keterangan mengenai hal itu.
b. Harus mengukur informasi yang diperoleh dengan kriteria yang telah
ditentukan. Ini harus dicantumkan dalam sasaran pelajaran.
c. Pernyataan-pernyataan umpan balik:
1) Ini sedikit berbeda dengan apa yang telah dibahas sehubungan
dengan model Gentile (Model Gentile (1972, 1987)
menekankan bahwa keterampilan gerak siswa dipengaruh oleh tugas gerak dan
karakteristik lingkungan pada perolehan hasil yang akan dicapai oleh siswa
tersebut)
2) Pernyataan korektif. Perilaku verbal dari guru ini digunakan jika
tampak ada kekeliruan dan respons perilaku tidak benar. Ini meliputi keterangan
mengenai kekeliruan itu dan bagaimana memperbaikinya. Berilah contoh.
3) Pernyataan penilaian. Mencakup kata-kata seperti bagus, bagus
sekali, kurang. Kata-kata ini memberikan penilaian positif atau negatif
terhadap penampilan siswa. Ada konotasi tertentu mengenai siswa. Hal ini harus dimasukkan
dalam umpan balik yang bersifat korektif, agar ada manfaatnya bagi siswa.
Pernyataan seperti pekerjaan bagus tidak memberikan keterangan apa-apa bagi
siswa mengenai apa yang benar.
4) Pernyataan netral. Hanya memberikan gambaran dan fakta mengenai penampilan
tidak menyatakan apa yang benar atau salah dalam penampilan.
d. Penilaian gaya mengajar
e. Penilaian belajar.
2.2 Jenis-Jenis Gaya Mengajar
Uraian gaya mengajar menurut Moska Mostton menggambarkan bahwa setiap gaya
mengajar terdapat tujuan dan hakikat yang mendasarinya. Hakikat setiap gaya
mengidentifikasikan bahwa penerapan pada gaya yang diberikan sangatlah
fleksibel terhadap rintangan yang harus dilalui oleh setiap gaya. Hakikat
tersebut memberikan gambaran yang jelas pada setiap gaya. Pengurangan yang
terjadi akan menghilangkan pelaksanaan gaya tersebut yang pada akhirnya
mempengaruhi pencapaian tujuan. Selain itu, perilaku waspada, yaitu perilaku
yang wajar pada setiap struktur gaya akan menjamin pencapaian tujuan kegiatan
belajar mengajar. Ketika guru menjadi ahli menggunakan setiap gaya tersebut,
dia akan lebih fleksibel dan mampu mengubah gaya tersebut, sehingga mencapai
lebih banyak tujuan dan mendapatkan lebih banyak siswa yang berhasil.
1. Gaya A: Komando (Command).
Gaya
komando adalah pendekatan mengajar yang paling bergantung pada guru. Tujuannya
adalah penampilan yang cermat. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran dan ia
sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif terhadap pengajaran dan memantau
kemajuan besar dari perkembangan siswanya. Pada dasarnya gaya ini ditandai
dengan penjelasan, demonstrasi, dan latihan. Lazimnya, gaya itu dimulai dengan
penjelasan tentang teknik baku, dan kemudian siswa mencontoh dan melakukannya
berulang kali. Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Siswa dibimbing ke suatu tujuan yang sama bagi semuanya. Memang Gaya Mengajar
Komando kebanyakan terbukti efektif karena ilmu yang diperoleh oleh siswa akan
cepat diserap dan dapat dimengerti, inilah peran guru dibutuhkan sepuasnya.
Guru menyiapkan semua aspek pengajaran yang mendukung dan yang efektif.
Sasaran
Gaya
Komando
·
respons langsung terhadap petunjuk yang
diberikan
·
penampilan yang sama/seragam
·
mengikuti model yang telah ditentukan
·
ketepatan dan kecermatan respons
·
meningkatkan semangat kelompok
·
penggunaan waktu secara efisien
Penerapan
Gaya Komando :
·
Ingin diajarkan ketrampilan khusus atau
khas
·
Menangani kelas yang sulit dikendalikan
·
Ingin mencapai kemajuan yang lebih cepat
·
Sekelompok anak yang memerlukan bantuan
khusus
Peran guru pada
pembelajaran ini sangat dominan, yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua
tahap, karena pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi
sepenuhnya dilakukan oleh guru, sedangkan peserta didik/siswa hanya berperan
sebagai pelaku ataupun pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap
pengarahan, penjelasan, dan segala perintah dari guru. Esensi dari gaya komando
adalah adanya hubungan yang langsung dan cepat antara stimulus guru dan respon
murid. Stimulus berupa tanda/komando yang diberikan guru, akan mengawali setiap
gerakan peserta didik/siswa dalam menampilkan gerakan sesuai dengan contoh dari
guru.Gaya komando sangat sesuai untuk kegiatan pembelajaran stretching,
kalestenik dan teknik dasar
Kelemahan dan Kelebihan Gaya Komando
a)
Kekurangan
Gaya Komando adalah
:
·
Kurang mengembangkan penalaran
·
Kurang mengembangkan pembentukan sifat
·
Tidak demokratis Penyaluran aspek
sosial, emosional, dan kognitif sangat terbatas
b)
Kelebihan
Gaya Komando adalah :
·
Keseragaman gerak
·
Jika dilakukan oleh banyak orang dapat
membuat suasana indah dan menyenangkan
·
Mengembangkan perilaku disiplin
·
Menghasilkan tingkat kegiatan yang
tinggi
2. Gaya B: Latihan (Practice).
Dalam
gaya ini siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan,
sedangkan guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan. Disini
guru bertanggung jawab menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas dan
menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Gaya latihan sangat sesuai untuk pembelajaran dalam penguasaan
teknik dasar. Di dalam gaya tugas ini siswa ikut serta menentukan cepat
lambatnya tempo belajar, maksudnya guru memberikan keleluasaan bagi setiap
siswa untuk menentukan sendiri kecepatan belajar dan kemajuan belajarnya. Dalam
gaya ini, guru tidak menghiraukan bagaimana kelas organisasi, atau apakah siswa
melakukan tugas itu secara serempak atau tidak karena hal itu tidak begitu
penting baginya. Tugas dapat disampaikan secara lisan atau tulisan. Siswa
melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya dan dia juga dapat dibantu oleh
temannya, atau tugas itu dilaksanakan dalam sebuah kelompok kecil.
Ciri
Ciri Gaya Latihan
·
Rumusan tujuan, pemilihan aktifitas
belajar dan urutan kegiatan belajar ditentukan oleh guru.
·
Siswa hanya diberi kebebasan dalam
menentukan tempo latihan
Penerapan
Gaya Latihan
·
Tugas diberikan secara lisan atau tulisan
·
Tugas lisan atau tulisan dibuat secara
jelas dan singkat
·
Siswa melakukan tugas dengan
kemampuannya
Kekurangan dan Kelebihan Gaya Latihan
a)
Kekurangan
·
Kurang mengembangkan kreatifitas
·
Tugas yang kurang jelas dan terlalu
panjang dapat menimbulkan lupa
·
Bagi sebagian anak dapat menghindari
dari tugas yang sebenarnya
b)
Kelebihan
·
Guru dapat memberikan umpan balik secara
individual
·
Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab
3. Gaya C Timbal Balik (Resiprocal)
Pada gaya
resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran tertentu
(dibagi menjadi dua kelompok), ada peserta didik/siswa yang berperan sebagai
pelaku, dan sebagai observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh
kelompok pelaku, sedangkan guru sebagai fasilitator. Kelompok siswa yang
bertindak sebagai observer mengamati tampilan/aktivitas yang dilakukan oleh
temannya (pelaku) dfengan membawa lembar observasi (pengamatan) yang telah
disusun oleh guru, selanjutnya observer tersebut mengevaluasi tampilan dari
kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini evaluasi dilakukan oleh
peserta didik/siswa sendiri secara bergantian. Melalui upaya mengevaluasi
aktivitas temannya, diharapkan siswa juga mengetahui konsep pelaksanaan yang
benar, karena setiap siswa akan berperan sebagai observer (pengamat), maka
mereka akan berupaya untuk menguasai konsep geraknya yang benar. Tanggungjawab
dan pemberian umpan balik diberikan kepada siswa. Untuk pelaksanaan gaya
resiprokal, siswa terlebih dahulu harus mempelajari teknik dasar, dan gaya
resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik lanjutan.
Gaya resiprokal juga memberikan kesempatan kepada teman sebaya untuk memberikan
umpan balik dan peranan ini memungkinkan: 1. peningkatan interaksi sosial antar
teman sebaya 2. umpan balik secara langsung.
Sasaran
Gaya Resiprokal
1.
Tugas (Materi Pembelajaran):
·
Memberi kesempatan untuk latihan
berulang kali dengan seorang pengamat
·
Siswa menerima umpan balik langsung
·
Sebagai pengamat, siswa memperoleh
pengetahuan penampilan tugas
2.
Peranan Siswa:
·
Memberi dan menerima umpan balik
·
Mengamati penampilan teman dan
mengoreksi
·
Menumbuhkan kesabaran dan toleransi
·
Memberikan umpan balik
Akibat
Ada
Interaksi
Sosial Antara Siswa Dengan Pasangannya :
·
Umpan balik langsung
·
Guru mengamati pelaku dan pengamat, tapi
hanya berkomunikasi dengan pengamat
·
Guru memberikan kriteria perilaku yang
harus ditampilkan sebelum pelaksanaan pembelajaran
Peranan
Guru
·
Menjawab pertanyaan dari pengamat
·
Berkomunikasi dengan pengamat
·
Memantau pelaksanaan pembelajaran
Hal
Hal Yang Dilakukan Guru Sesudah Pembelajaran:
·
Menerima criteria perilaku
·
Mengamati penampilan perilaku
·
Membandingkan dan mendiskusikan
penampilan dengan kriteria perilaku
·
Menyimpulkan hal hal mengenai penampilan
kepada perilaku
·
Menyimpulkan posisi atau level
penampilan disbanding dengan kriteria
·
Guru harus menjawab / mengomentari
pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan siswa.
Hal
Yang Perlu Ditekankan Kepada Pengamat :
·
Pengamat harus berperilaku sesuai dengan
kriteria perilaku pengamat
·
Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan
balik sesuai dengan kriteria perilaku
Kelebihan atau Kekurangan.
Gaya
ini memberikan kelebihan
antara lain sebagai berikut:
·
memberikan umpan balik seketika tanpa di
tunda tunda yang mempunyai pengaruh nyata terhadap proses belajar siswa. Umpan
balik ini berupa informasi tentang apa yang diperbuatnya baik yang benar atau
yang keliru.
·
dapat mengembangkan cara kerja dalam tim
kecil. Sehingga aspek sosialnya berkembang.
·
meningkatkan proses belajar mengajar
dengan cara mengamati secara sistematik gerakan atau pokok bahasan dari teman.
Pada dasarnya, mengamati kegiatan belajar teman itu merupakan suatu proses
belajar mengajar juga.
Kekurangan itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
·
Sering menimbulkan situasi yang
emosional antar apelaku dan pengamat yang disebabkan pengamat berlaku
berkelebihan dalam menyampaikan informasi yang bersangkutan. Perilaku yang
berkelebihan antara alain menyampaikan dengan nada mengejek, menghakimi,
bergaya mengurui yang serba tahu.
·
Pada umumnya pelaku tidak tahan terhadap
kritik siswa pengamat sehubungan dengan hasil belajar yang pemah dilakukan
sebelumnya. Siswa pelaku tidak mau terima hasil pengamatan temannya. Situasi
ini sering menimbulkan ketegangan anatara siswa pelaku dan siswa pengamat.
·
Sering juga terjadi pasangan ini justru
memantapkan suatu perilaku belajar yang sama, disebabkan mereka salah
menafsirkan deskripsi gerakan atau pokok bahasan yang tertera dalam lembaran
kerja.
4. Gaya D: Evaluasi Diri (Shelfcheck).
Pengertian
dari Self Check Style adalah Menilai penampilannya sendiri dan menetapkan
kriteria untuk memperbaiki penampilannya sendiri serta belajar bersikap
objektif terhadap penampilannya, baik belajar menerima keterbatasannya, membuat
keputusan baru dalam bagian pelajaran selama dan sesudah pelajaran. Dalam gaya
ini siswa lebih mandiri dibanding dengan gaya sebelumnya. Dalam gaya ini siswa
membandingkan antara apa yang dilakukan dengan kriteria dari guru.
Implikasi
Gaya Menilai Diri Sendiri :
·
Guru mendorong kemandirian siswa
·
Guru mendorong siswa utk mengembangkan
keterampilan dan memantau sendiri
·
Guru mempercayai siswa
·
Guru mengajukan pertanyaan yang berpusat
pada proses periksa diri dan pelaksanaan tugas
·
Siswa belajar sendiri
·
Siswa mengenali keterbatasannya
·
Siswa memakai umpan balik dari hasil
periksa diri
Peranan
Siswa :
·
Menilai penampilannya sendiri
·
Menetapkan kriteria untuk memperbaiki
penampilannya sendiri
·
Belajar bersikap objektif terhadap
penampilannya
·
Belajar menerima keterbatasannya
·
Membuat keputusan baru dalam bagian
pelajaran selama dan sesudah pertemuan
Memilih
Desain tugas :
·
guru dapat memilih satu tugas untuk
semuanya
·
mendesain tugas yang berbeda-beda,
menyediakan berbagai tugas sesuai dengan kemampuan siswa
·
lembaran kriteria. lembaran tugas gaya
ini sama dengan gaya latihan
5. Gaya E: Inklusi (Inclusion).
Pada gaya inklusi, guru berperan sebagai pembuat keputusan dalam
perencanaan, sedangkan peserta didik menentukan pilihan terhadap kelompok
kegiatan dalam pelaksanaan dan evaluasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru
terlebih dahulu menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan, dan
menetapkan pembagian level, atau kelompok kegiatan atas dasar kemampuan peserta
didik yang terkait dengan tingkat berat dan kesulitan aktivitas yang akan
dilakukan. Misal level 1 merupakan level yang paling mudah, level 2 lebih sulit
dari pada level 1, level 3 lebih sulit dari pada level 2 dan seterusnya.
Disamping menetapkan pembuatan level, guru juga menetapkan kriteria kemampuan
pada tiap levelnya. Selanjutnya siswa secara bebas boleh memilih aktivitas pada
level yang mereka anggap sesuai dengan kemampuannya (siswa) sendiri dan siswa diberi
kesempatan untuk mengevaluasi kemampuan dirinya atas dasar lembar kriteria
kemampuan yang telah dibuat oleh guru dan mengambil keputusan untuk berpindah
level yang ada diatasnya (yang lebih tinggi). Untuk pelaksanaan gaya inklusi,
siswa terlebih dahulu harus pernah melakukan pembelajaran teknik dasar.
Tujuan Gaya Inklusi :
Melibatkan semua siswa
Penyesuaian terhadap perbedaan individu
Memberi kesempatan untuk memulai pada
tingkat kemampuan sendiri
Memberi kesempatan untuk
mulai kerja dengan tugas-tugas
yang
ringan ke berat, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
Belajar melihat hubungan
antara kemampuan merasa dengan tugas apa yang dapat
dilakukan oleh siswa
Individualisasi dimungkinkan, karena memilih diantara alternatif tingkat tugas
yang
telah disediakan
Peranan Guru:
· Membuat
keputusan pada pra pertemuan
· Harus
merencanakan seperangkat tugas-tugas dalam berbagai tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan perbedaan
individu dan yang memungkinkan siswa untuk beranjak dari tugas yang mudah ke
tugas yang sulit
Implikasi Gaya Inklusif :
Siswa dapat terlayani dengan
perbedaan individu
Adanya perbedaan antara
pengetahuan yang dimiliki siswa dengan kenyataan yang ada
Fokus perhatian ke individu
siswa
Siswa membandingkan konsep
mereka sendiri yang berkaitan dengan penampilan fisik
Memilih dan merancang pokok bahasan
Keputusan-Keputusan Siswa:
· Memilih
tugas-tugas yang tersedia
· Melakukan
penafsiran sendiri dan memilih tugas awalnya
· siswa
mencoba tugasnya
· Siswa
menentukan untuk mengulang, memilih tugas yang lebih sulit atau lebih mudah,
berdasarkan hasil tugas awal
· Mencoba
tugas berikutnya
· Siswa
menilai/menaksir hasil-hasilnya
· Prosesnya
dilanjutkan
6. Gaya F: Penemuan Terpandu (Guided Discovery).
Penemuan
adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund "discovery adalah proses
mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip".
Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti,
mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan
dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20). Sedangkan
menurut Jerome Bruner "penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara
dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan
tertentu". Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan
penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan
suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari
jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
Model
penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa
dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri,
menganalisis sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum berdasarkan
bahan atau data yang telah disediakan guru(PPPG,2004:4). Metode pembelajaran
penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar
guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang
secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997:
1972). Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran
penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan
petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan
membimbing (Ali, 2004:87). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk
menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan. Fungsi pengajar disini bukan
untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta
didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114). Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah
model pembelajaran yang di mana siswa berpikir sendiri sehingga dapat
"menemukan" prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan
petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. Menurut
Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan
strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya. Dengan
penjelasan di atas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian
dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model
pembelajaran dengan penemuan ter bimbing. Pembelajaran model ini dapat
diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk
mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika tersebut. Guru
membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri
sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh
guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan
materi yang sedang dipelajari (Markaban, 2006:15). Peran guru dalam penemuan
terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya
digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau
terutama prinsip (rumus,sifat) (PPPG,2003:4).
Perlu
diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam
pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding
dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama
apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan
'mengkonstuksi' sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (PPPG, 2004:5).
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Menurut
Markaban (2006:16) agar pelaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing ini
berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru
matematika adalah sebagai berikut :
·
Merumuskan masalah yang akan diberikan
kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari
pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa
tidak salah.
·
Dari data yang diberikan guru, siswa
menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal
ini, bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah kearah yang
hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
·
Siswa menyusun konjektur (prakiraan)
dari hasil analisis yang dilakukannya.
·
Bila dipandang perlu,konjektur yang
telah dibuat oleh siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting
dilakukan untuk menyakinkan prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang
hendak dicapai.
·
Apabila telah diperoleh kepastian
tentang kebenaran konjektur, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan
juga kepada siswa untuk menyusunnya.
·
Sesudah siswa menemukan apa yang dicari
hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa
apakah penemuan itu benar.
Memperhatikan
langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing diatas dapat disampaikan
kelebihan dan kekurangan yang dimlikinya. Kelebihan model pembelajaran
penemuan terbimbing adalah sebagai berikut :
·
Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran yang disajikan.
·
Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap
inguiry (mencari-temukan).
·
Mendukung kemampuan problem solving
siswa.
·
Memberikan wahana interaksi antar siswa,
maupun siswa antar guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan
bahasa indonesia yang baik dan benar.
·
Lama membekas karena siswa dilibatkan
dalam proses menemukannya
Sedangkan
kekurangannya sebagai berikut :
·
Untuk materi tertentu, waktu yang
tersita lebih lama.
·
Tidak semua siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan cara ini. Dilapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah
dimengerti dengan model ceramah.
·
Tidak semua topik cocok disampaikan
dengan model ini.
7. Gaya G: Penemuan Konvergen.
· Gaya ini penekanannya
terpusat pada perkembangan kognitif
· Guru menyusun serangkaian
pertanyaan
· Pertanyaan yg disusun hanya
satu jawaban yg dianggap benar
· Pertanyaan harus
menghasilkan jawaban yg mengarah pada penemuan konsep, prinsip, dan atau
gagasan
Sasaran Gaya Konvergen
· Melibatkan siswa dalam proses penemuan yang konvergen
· Mengembangkan hubungan yang serasi
dan tepat antara jawaban siswa dengan pertanyaan
· Mengembangkan keterampilan untuk menemukan jawaban yang berurut yang akan menuju pada penemuan konsep
· Mengembangkan kesabaran guru dan siswa
Anatomi Gaya Konvergen
·
Pra pertemuan : kep. oleh guru
·
Dalam pertemuan : kep oleh guru dan
siswa
·
Pasca pertemuan : kep oleh guru
dan siswa
Penerapan Gaya Konvergen
·
Dalam menyusun pertanyaan harus mengenali prinsip, konsep, dan atau
gagasan
·
Prosedur mengajarnya sebagai berikut:
·
-menyampaikan pertanyaan sesuai dg susunan
·
-beri waktu untuk siswa menjawab
·
-berikan umpan balik (netral atau menilai)
·
-ajukan pertanyaan berkutnya
·
-jangan berikan jawaban
·
-bersikap sabar dan menerima
8. Gaya H: Penemuan Mandiri/Produksi (Divergen).
Gaya mengajar Divergen merupakan
suatu bentuk pemecahan masalah. Dalam gaya ini siswa memperoleh kesempatan
untuk mengambil keputusan mengenai suatu tugas yang khusus di dalam pokok
bahasan. Gaya ini memungkinkan jawaban-jawaban yang beraneka ragam atau
divergen atau jawaban-jawaban pilihan. Ini berbeda dengan gaya Penemuan
Terpimpin, yang pertanyaan-pertanyaannya hanya disusun untuk mendapatkan
jawaban-jawaban yang konvergen.
Gaya ini disusun sedemikian rupa
sehingga suatu masalah, pertanyaan atau situasi yang dihadapkan kepada siswa
akan memerlukan pemecahan. Rangsangan-rangsangan yang diberikan akan membimbing
siswa untuk mencari pemecahan atau jawaban secara individual.
Sasaran Gaya Divergen
· Mendorong siswa untuk menemukan
pemecahan ganda melalui pertimbangan-pertimbangan kognitif.
· Mengembangkan “wawasan” (insight)
ke dalam struktur kegiatan dan menemukan variasi.
· Memungkinkan siswa untuk bebas
dari guru dan melampaui jawaban-jawaban yang diharapkan.
· Mengembangkan kemampuan untuk
memeriksa dan menganalisis pemecahanpemecahannya.
Peranan Gaya Divergen
·
Mula-mula mungkin perlu meyakinkan siswa, bahwa
gagasan dan pemecahan mereka akan diterima. Seringkali siswa sudah terbiasa
dengan mereka diberitahu tentang apa yang harus mereka lakukan, dan tidak
diperkenankan untuk menemukan sendiri jawaban-jawaban yang benar.
·
Pada waktu siswa bekerja mencari pemecahan, guru harus
mengawasi dan menunggu untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menyusun
jawaban-jawaban mereka:
a. Umpan balik harus dapat
membimbing siswa kepada masalah untuk menemukan jawaban yang tepat.
b. Guru harus menahan diri untuk
tidak memilihi jawaban-jawaban tertentu sebagai contoh. Sebab itu akan mendorong
penjiplakan dan bukan pemecahan masalah secara individual.
9. Gaya I: Program Rancangan Individu Siswa (Individual
Programme).
Tujuan gaya ini adalah untuk merancang, mengembangkan,
dan menampilkan serangkaian tugas yang disusun ke dalam program pribadi dengan
berkonsultasi dengan guru. Hakikat: Siswa merancang, mengembangkan, dan
menampilkan serangkaian tugas yang disusun ke dalam program pribadi. Siswa
memilih topik, mengidentifikasi pertanyaan, mengumpulkan data, mencari jawaban,
dan menyusun informasi. Siswa memilih area tema umum.
10. Gaya J: Inisiasi Siswa.
Tujuan gaya ini adalah agar siswa mampu menginisiasi atau memprakarsai
pengalaman belajarnya, merancangnya, menampilkannya, dan mengevaluasinya,
bersama-sama dengan guru berdasarkan kriteria yang telah disepakati sebelumnya.
Hakikat: Siswa memprakarsai gaya yang ia lakukan baik satu kegiatan maupun
serangkaian kegiatan. Siswa mempunyai pilihhan untuk memilih gaya manapun di
dalam Spektrum. Siswa harus mengenal deretan gaya yang terdapat dalam Spektrum.
11. Gaya K: Melatih Diri (Shelf Teaching).
Gaya ini memberikan siswa kesempatan untuk membuat keputusan maksimal
tentang pengalaman belajarnya tanpa adanya campur tangan langsung guru. Gaya
ini sangat jarang digunakan di sekolah. Gaya ini sangat cocok dikembangkan
sebagai hobi atau kegiatan hiburan. Hakikat: siswa memprakarsai pengalaman
belajarnya sendiri, merancangnya, menampilkannya, dan mengevaluasinya. Siswa
memutuskan seberapa besar ikut campur gurunya.
2.3 Variasi Dalam Gaya Mengajar
Dalam mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya.
Dengan variasi gaya tersebut, akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap
penampilan mengajar guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi
komponen-komponen sebagai berikut :
Dengan variasi gaya tersebut, akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap
penampilan mengajar guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi
komponen-komponen sebagai berikut :
a. Variasi suara
Variasi suara dalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi
menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat.Suarang guru pada saat menjelaskan
materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan
kecepatan. Jika suara guru senantiasa keras terus atau terlalu keras, justru
akan sulit diterima, karena siswa menganggap gurunya seorang yang kejam, bila
sudah begitu siswa diliputi oleh rasa cemas, ketakutan selama belajar. Masalah
seperti ini yang harus dihindari bahkan ditiadakan. Tapi kalau suara guru
terlalu lemah (biasanya guru wanita) akan terdengar tidak jelas oleh siswa dan
tidak bisa menjangkau seluruh siswa di kelas, apalagi yang duduknya dideretan
belakang. Bila sudah begitu siswa akan meremehkan gurunya, perhatian siswa
terhadap materi yang diberikan itupun kurang. Untuk itu guru menggunakan
variasi suara yang disesuaikan ndengan situasi dan kondisi. Jadi suara guru
senantiasa berganti-ganti, kadang meninggi, kadang cepat, kadang lambat, kadang
rendah (pelan).
Variasi suara bisa mempengaruhi informasi yang sangat biasasekalipun,
gunakanlah bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal penting, gunakan kalimat
pendek yang cepat untuk menimbulkan semangat.
Lagu bicara atau intonasi suara mempunyai pengaruh pada dayatangkap siswa
terhadap pembicaraan guru. Lagu bicara yang datar (monoton) akan membosankan
siswa, sehingga siswa cepat lelah dalam mendengarkan. Demikian pula lagu bicara
yang naik turun atau bersendat-sendat. Hal seperti ini sering menjadi bahan
tertawaan siswa dan cenderung ditirukan dengan maksud mengejek, akibatnya
konsentrasi mereka rusak. Disini juga menganjurkan adanya tekanan bicara, yang
mana diberikan pada hal-hal yang penting, misalnya dalam menyebutkan definisi,
istilah, nama, rumus, dan kata-kata asing dengan ucapan pelan-pelan dan jelas
dengan volume suara yang cukup. Kelancaran bicara juga patut diperhatikan
karena mempunyai pengaruh yang besar pada daya tangkap siswa. Jadi, seyogyanya
sebelum satu kalimat dikeluarkan atau dibicarakan lebih dulu difikirkan susunan
yang benar ditinjau dari segi tata bahasa. Ucapan bahasa daerah sebaiknya tidak
dipergunakan.
Setelah membaca uraian diatas kita tahu betapa pentingnya suara guru untuk
diperhatikan, karena merupakan alat komunikasi yang penting dalam interaksi
edukatif, memang berbicara didepan kelas tidak dapat disamakan dengan orang
yang berpidato didepan masa dan orang yang membaca puisi, karena guru
menganggap siswa itu sebagai lawan bicara. Sehingga terlibat kontak batiniah
masing-masing individu.
b. Pemusatan perhatian
Perhatian menurut Ghozali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa
itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan
obyek.
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika materi yang disampaikan oleh
guru iru tidak menjadi perhatian siswa, maka bisa menimbulkan kebosanan,
sehingga tidak lagi suka belajar. Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu
aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan atau
memberikanperingatan dengan bentuk kata-kata. Misalnya : “Perhatikan
baik-baik”, “Jangan lupa ini dicatat dengan sungguh-sungguh” dan
sebagainya.Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi
dalam jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya
prinsip-prinsip yakni :
1) Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis
rangsangan baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk. Dalam
pelajaran, seorang guru dapat menarik perhatian tentang kata-kata
penting pada suatu bacaan dengan memberi warna merah atau digaris bawahi.
penting pada suatu bacaan dengan memberi warna merah atau digaris bawahi.
2) Perhatian seseorang tertuju tau terarah pada hal-hal yang dianggap
rumit. Bagi guru yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh tampak
terlalu rumit dan guru tidak boleh mempersulit pelajaran yang sederhana
dikarenakan semata-mata untuk menarik perhatian siswa.
3) Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu
hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat tersebut
ada dua cara yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Dari luar bisa saja
lingkungan, orang tua dan guru. Disini gurulah yang berhak menimbulkan atau
membangkitkan minat belajar siswa baik dirumah maupun dikelas.
Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang siswanya agar
bisa mengarahkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran, sehingga siswa
memiliki minat belajar yang tinggi guru dalam memusatkan perhatian siswa bisa
dengan memberikan kata-kata seperti : “coba perhatikan ini baik-baik”, karena
materinya agak sulit dan sebagainya.
c. Kesenyapan atau kebisuan guru (Teaching Silence)
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru
ditengah-tengah menerangkan sesuatu.
Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian
siswa. Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa
menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan
demikian pula setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya
apabila diberi waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa
mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa
menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat.Pemberian waktu bagi siswa digunakan
untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru
tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada siswa untuk berfikir dalam
menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal bicara,
sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru
memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan
yang diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.
d. Kontak pandang
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru menunduk
terus atau melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan
para siswanya dan jangan sampai pula guru hanya mengadakan kontak pandang
dengan satu siswa secara terus menerus tanpa memperhatikan siswa yang lain. sebaliknya
bila guru berbicara atau menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya
keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap anak disik
atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya
kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya
merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling
perhatian diantara mereka.
Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya didepan kelas :
1) Melihat keluar ruang
2) Melihat kearah langit-langit
3) Melihat kearah lantai
4) Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja
5) Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil
menunjukkan sesuatu.
Hal-hal diatas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas dengan
baik.
Jadi dalam kontak pandang hendaknya guru berusaha seintim mungkin agar
siswa merasa diperhatikan dan dihargai, kontak mata yang sering dilakukan, akan
membangun dan membina jalinan tingkat tinggi, yaitu mengetahui psikologi anak
atau siswa dan mengetahui seberapa banyak pemahaman siswa terhadap materi yang
telah disampaikan. Untuk itu, pandanglah siswa-siswa anda secara merata tapi
jangan berlebihan, gunanya pandangan mata, seorang guru adalah untuk menarik
perhatian dan minat belajar siswa.
e. Gerakan anggota badan atau mimic
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan tangan dan
anggota badan lainnya adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi,
gunanya adalah untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan
lisan yang dimaksudkan untuk memperjelas penyampaian materi.
Orang akan lebih jelas dalam memahami sesuatu menggunakan indera pendengar
dan disertai indera penglihatan atau mata, semakin banyak indera yang digunakan
hasilnya semakin baik.
Begitu pula siswa, jika seorang guru yang mengajarnya hanya mematung dan
menggunakan mulutnya saja, tanpa menggerakkan anggota badan akan memberi kesan
buruk, suasana hampa dan tidak hidup, sehingga siswa cepat bosan, sebaliknya
jika gerakan-gerakan guru terlalu over acting dalam memberi pengajaran juga akan
berakibat buruk, disini gerakan-gerakan guru sebagian besar menjadi pusat
perhatian siswa, jika gerakannya terarah, siswa merasa senang dalam mengikuti
pelajaran tersebut. Jadi gerakan yang baik adalah gerakan yang efisien dan
efektif artinya gerakan yang cukup, tetapi benar-benar mendukung penjelasan
atau uraian guru. Gerakan-gerakan tersebut bias dengan menganggukkan kepala
untuk menunjukkan setuju, dan sebaliknya jari dan tangan berarti “tidak” dan
sebagainya.
Gerakan tangan menulis dipapan tulis itu juga memerlukan latihan, walaupun
kelihatan diremehkan, sekarang ini banyak guru yang tidak begitu memperhatikan
tulisannya dipapan tulis, padahal tulisannya itukurang jelas, naik turun, hal
ini bias mempengaruhi kebosanan siswa.Tidak semua gerakan anggota badan itu
baik dalam arti esuai, ada gerakan yang biasa dilakukan tapi perlu dihindari,
seperti menggaruk-garuk badan, memegang celana tanpa alasan yang benar,
menghapus atau menggosok hidung dan lain sebagainya. Jadi, suatu gerakan dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan guru pada saat menerangkan materi, harus
relevan dengan materi yang disampaikan dan itu tidak boleh terlalu berlebihan.
Secukupnya saja, begitu juga dengan ekspresi wajah-wajah anda adalah alat
komunikasi yang kuat.
Pesan non verbal yang disampaikan melalui alis terangkat, sunggingan
sebyum, dahi berkerut, cemberut itupun mempengaruhi siswa dalam belajar, jika
selama proses belajar mengajar berlangsung. Seorang guru memasang wajah sedih,
cemberut, siswa akan tampak ketakutan. Suasana kerasa mencekam dan tegang.
Suasana seperti ini bias mematikan kreatifitas belajar siswa. Ide atau
keinginan yang positif menjadi kandas ditengah jalan, untuk itu sebaliknya jika
seorang guru punya masalah pribadi jangan ditampakkan didepan kelas saat mengajar.
Mungkin dengan memasang
wajah yang cemberut, marah, sedih ini sangat mempengaruhi suasana kelas, jadi, seorang guru harus pandai mengendalikan emosinya dan jika sudah masuk, guru seharusnya memasang wajah yang penuh semangat, ceria, dan mendukung suasana belajar yang kondusif, agar siswa tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran yang akan disampaikannya.
wajah yang cemberut, marah, sedih ini sangat mempengaruhi suasana kelas, jadi, seorang guru harus pandai mengendalikan emosinya dan jika sudah masuk, guru seharusnya memasang wajah yang penuh semangat, ceria, dan mendukung suasana belajar yang kondusif, agar siswa tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran yang akan disampaikannya.
f. Perpindahan posisi guru. Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat
membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan
kepribadian guru dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan
posisi itu jangan dilakukan secara berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru
akan kelihatan terburu-buru, lakukan saja secara wajar agar siswa bias
memperhatikan.
Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi
kiri ke sisi kanan, atau diantara anak didik dari belakang kesamping anak
didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi
posisi duduk dan diam di tempat lalu berjalan-jalan mengelilingi siswa dan
sebagainya. Yang penting dalam perubahan posisi itu harus ada tujuannya, dan
tidak sekedar mondar-mandir dan seorang guru janganlah melakukan kegiatan
mengajar dengan satu posisi, misalnya saja saat menerangkan guru hanya berdiri
didepan kelas saja atau duduk dikursi saja, tanpa ada pergantian atau variasi
ini bisa menimbulkan kebosanan siswa.
Guru melakukan pergantian posisi, sebaiknya jangan kaku atau kikuk, lakukan
saja secara bebas dan wajar bisa menarik perhatian siswa, jika guru kaku dalam
bergerak ini bisa menjemukan siswa. Dan bila variasi dilakukan secara
berlebihan itu juga bisa mengganggu perhatian siswa atau konsentrasi siswa
terhadap pelajaran.
Maka dari itu gunakanlah variasi posisi ini secara wajar dan sesuaikan dengan
tujuan, tidak sekedar mondar-mandir.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Gaya mengajar adalah hal yang sangat
penting untuk menentukan bagaimana cara mengajar yang tepat atau yang terbaik.
Untuk memilih gaya mengajar yang tepat biasanya dilihat dari karakteristik guru
dan muridnya juga dan didasarkan atas interaksi antara perilaku siswa dan
perilaku guru, serta hubungannya dalam mencapai suatu sasaran tertentu. Guru harus bisa
memilih gaya yang benar atau pas untuk materi pembelajaran yang akan diberikan
terhadap muridnya. Dalam satu pertemuan tidak hanya satu gaya mengajar saja
yang digunakan, akan tetapi harus banyak variasinya dalam gaya mengajar supaya
murid atau siswa tertarik terhadap penampilan mengajar guru.
3.2 Saran
Sejalan
dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
Diharapkan dalam memilih gaya yang
tepat, penting dipertimbangkan karakter sosial, emosional, fisikal, mental, dan
karakteristik lainnya yang melekat pada anak dan relatif berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Tite Juliantine. 2013. Belajar dan Pembelajaran Penjas.
FPOK-UPI. Bandung.
keren mas bro, makasih
ReplyDeletesama2 mas broo
ReplyDeleteterimakasih akang, teteh
ReplyDeletesipp :D
DeleteThank u so much,, complete 👍👌
ReplyDeletehaduh beneran ini yang saya cari-cari ada semua :) makasih banget kakak-kakak sekalian
ReplyDelete