Sunday, June 30, 2013

GAYA-GAYA MENGAJAR BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PENJAS


GAYA-GAYA MENGAJAR
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PENJAS
MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Belajar dan Pembelajaran Penjas
Dosen: Dr. Tite Juliantine, M.Pd
oleh:
Tati Nurhayati
1100981
Rangga Ary Ghozali
1101046
Faizal Hilmi
1100996
Taofik Ramdani
1101070
Lia Lestari
1101023
Avinie Aviaty Zulfa
1101078



Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: D:\Kerja-Kuliahan\LOGO\3007779730_ffe2aeefe7.jpg

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013


KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Gaya-gaya Mengajar Pedidikan Jasmani”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Belajar dan Pembelajar Pendidikan Jasmani..
Dalam proses belajar-megajar, kegiatan yang paling strategis adalah sangat tergantung pada pemilihan dan penetapan strategi pembelajaran. Strategi mengajar dapat diartikan sebagai pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tindak-tanduk, perilaku atau perbuatan mengajar.
Strategi pengajaran yang berpusat pada guru, menunjukan cirri yang khas yaitu guru yang mendominasi semua proses belajar-mengajar, artinya semua kegiatan dimulai dari inisiatif dan keputusan semua terletak pada guru. Sedangkan strategi pengajaran yang berpusat pada siswa menunjukan cirri bahwa siswalah yang berinisiatif dalam proses belajar-menngajar termasuk juga siswa berperan dalam menentukan keputusan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan makalah ini. Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat ganda. Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, pembaca dapat  memahami tentang organisasi olahraga di masyarakat. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Amin.





Bandung,  26 Maret 2013

Penulis




BAB I

PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang Masalah

Dalam proses belajar mengajar tidak ada satu ketentuan yang melandaskan bahwa hanya satu strategi yang paling efektif untuk pengajaran pendidikan jasmani. Jadi dalam menerapkan strategi pengajaran selalu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu proses  belajar mengajar berlangsung.
Gaya mengajar berkaitan dengan pembuatan keutusan yang dilakukan guru baik sebelum, selama, maupun setelah proses pembelajaran. Pembuatan keputusan tersebut berdampak pada cara belajar siswa. Belajar pada hakikatnya adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi, dan membuat keputusan. Semakin banyak informasi yang diperoleh, semakin banyak informasi yang diolah, dan semakin banyak keputusan yang dibuat, berarti semakin banyak belajar.
Makalah ini akan membahas tentang pengertian gaya mengajar, variasi gaya mengajar. Selain itu makalah ini akan membahas tentang jenis-jenis gaya mengajar.

1.2    Batasan Masalah

Pada makalah ini, permasalahan akan dibatasi mengenai gaya-gaya mengajar yang dikemukakan oleh Mosston.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
1.        Apa yang dimaksud dengan gaya mengajar?
2.        Apa saja jenis-jenis gaya mengajar?
3.        Apa saja variasi dalam gaya mengajar?

1.4 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan yang hendak dicapai melaluui penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1.        Gaya mengajar
2.        Jenis-jenis gaya mengajar
3.        Variasi dalam gaya mengajar

1.5  Manfaat Penulisan Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan terhadap:
1.        Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan mengenai gaya-gaya mengajar penjas
2.        Pembaca, sebagai media informasi tentang gaya-gaya mengajar penjas


BAB II

GAYA-GAYA MENGAJAR


2.1    Pengertian Gaya Mengajar

Gaya mengajar adalah pedoman khusus untuk struktur episode belajar atau pembelajaran. Mosston beranggapan bahwa mengajar adalah serangkaian hubungan yang berkesinambungan antara guru dengan siswa, yaitu:
1.        Mencoba mencapai keserasian antara apa yang diniatkan dengan apa yang sebenarnya terjadi
MAKSUD = PERBUATAN (INTENT = ACTION).
2.        Masalah yang bertentangan tentang metode mangajar
Salah satu masalah yang berlanjut dalam menentukan bagaimana mengajarkan sesuatu adalah “ Cara apakah yang terbaik?”. Dari sini muncul banyak perdebatan mengenai metode mana yang lebih baik. Pengajaran individual vs. Pengajar kelompok; memecahkan masalah vs. menghafal. Pandangan yang mempertentangkan suatu pendekatan terhadap pendekatan yang lain adalah hanya dalih yang dibuat-buat. Pertanyaan yang sebenarnya adalah: “Pendekatan-pendekatan mana yang dapat mencapai sasaran guru?”. Guru harus berdasar pilihannya atas:
a. kemampuan guru
b. kebutuhan siswa
c. besarnya kelas
d. alat dan fasilitas yang tersedia
e. media yang ada
f. tujuan yang ingin dicapai
g. materi yang dipelajari
h. lingkungannya.
Tujuan yang akan menentukan gaya apa yang akan digunakan dari pada memilih metode atau gaya karena diharapkan akan baik.
3.        Kita juga harus dapat mengatasi kecenderungan-kecenderungan pribadi seorang guru
Seringkali kita tidak dapat membedakan antara sifat-sifat pribadi dengan gaya mengajar. Seorang guru yang sifatnya sangat otoriter seringkali kelihatan seperti sangat bisa mengatur, padahal dalam kenyatannya ia sangat terbuka dalam gaya-gaya mengajarnya. Struktur pengajaran mengatasi sifat-sifat pribadi.
4.        Mengajar-Belajar-Tujuan
Interaksi antara guru dan siswa mencerminkan perilaku mengajar dan relajar tertentu. Apabila merencanakan pembelajaran, berbagai gaya didasarkan atas interaksi antara perilaku siswa dan perilaku guru, serta hubungannya dalam mencapai suatu sasaran tertentu.
PG = perilaku guru
PS= perilaku siswa
T = tujuan
Ini merupakan statu unit pedagogis, dan juga akan memungkinkan kita bertanya mengenai ketiga komponen dan hubungan mereka. Ini perlu diingat untuk menghindari pertentangan yang selalu diperdebatkan pada waktu memilih sarana untuk mengajar.
5.        Mooston memakai perilaku guru sebagai titik masuk
Hal ini dapat dinyatakan bahwa perilaku guru akan mengarahkan perilaku siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
PERILAKU GURU MERUPAKAN RANGKAIAN KEPUTUSAN
Setiap tindakan mengajar merupakan hasil dari keputusan yang telah diambil sebelumnya:
1.        Kita perlu memahami hakikat keputusan-keputusannya
2.        Kita perlu memahami penggolongan keputusan-keputusan yang telah dibuat, yaitu:
a.     Keputusan mengenai pokok bahasan, organisasi, dan sasaran
b.    Kesemuanya ini diatur dalam tiga perangkat yang merupakan urutan dalam proses pembelajaran

PG
PS
T
KEPUTUSAN-KEPUTUSAN
1.    Pra-Pertemuan
a.     sasaran pembelajaran
b.    pemilihan gaya
c.     gaya belajar yang diharapkan
d.    siapa yang akan diajar (kelompok atau individu)
e.     pokok bahasan:
1)    tugas
2)    jumlah
3)    urutan
f.     dimana mengajar (lokasi)
g.    kapan mengajar
1)    waktu mulai
2)    kecepatan – irama pembelajaran
3)    lamanya
4)    waktu berhenti
5)    waktu tenggang antara tugas-tugas
6)    akhir pembelajaran
h.    sikap badan
i.     pakaian dan penampilan
j.     cara menjawab pertanyaan-pertanyaan
k.    pengaturan organisasi
l.     parameter - pembatasan golongan
m.   suasana kelas – sosial, afektif
n.    evaluasi bahan dan prosedur
o.    lain-lain
Kesemuanya ini merupakan keputusan-keputusan yang perlu diambil secara sadar mengenai bagaimana pembelajaran akan disusun.
2. Selama Pertemuan
Keputusan-keputusan yang perlu diambil selama pembelajaran berlangsung adalah:
a.     Melaksanakan keputusan-keputusan pra-pertemuan
b.    Menyesuaikan keputusan-keputusan – mungkin keputusan yang diambil harus diubah untuk lancarnya pembelajaran
c.     Lain-lain
3. Pasca Pertemuan
Keputusan diambil mungkin selama atau sesudah pelajaran berlangsung. Menilai penampilan dan umpan balik yang diberikan dapat dilakukan selama atau sesudah pelaksanaan tugas-tugas untuk pembelajaran:
a.     Harus melihat penampilan siswa dan mengumpulkan keterangan-keterangan mengenai hal itu.
b.    Harus mengukur informasi yang diperoleh dengan kriteria yang telah ditentukan. Ini harus dicantumkan dalam sasaran pelajaran.
c.     Pernyataan-pernyataan umpan balik:
1)    Ini sedikit berbeda dengan apa yang telah dibahas sehubungan dengan model Gentile (Model Gentile (1972, 1987) menekankan bahwa keterampilan gerak  siswa dipengaruh oleh tugas gerak dan karakteristik lingkungan pada perolehan hasil yang akan dicapai oleh siswa tersebut)
2)    Pernyataan korektif. Perilaku verbal dari guru ini digunakan jika tampak ada kekeliruan dan respons perilaku tidak benar. Ini meliputi keterangan mengenai kekeliruan itu dan bagaimana memperbaikinya. Berilah contoh.
3)    Pernyataan penilaian. Mencakup kata-kata seperti bagus, bagus sekali, kurang. Kata-kata ini memberikan penilaian positif atau negatif terhadap penampilan siswa. Ada konotasi tertentu mengenai siswa. Hal ini harus dimasukkan dalam umpan balik yang bersifat korektif, agar ada manfaatnya bagi siswa. Pernyataan seperti pekerjaan bagus tidak memberikan keterangan apa-apa bagi siswa mengenai apa yang benar.
4)    Pernyataan netral. Hanya memberikan gambaran dan fakta mengenai penampilan tidak menyatakan apa yang benar atau salah dalam penampilan.
d.    Penilaian gaya mengajar
e.     Penilaian belajar.

2.2    Jenis-Jenis Gaya Mengajar

Uraian gaya mengajar menurut Moska Mostton menggambarkan bahwa setiap gaya mengajar terdapat tujuan dan hakikat yang mendasarinya. Hakikat setiap gaya mengidentifikasikan bahwa penerapan pada gaya yang diberikan sangatlah fleksibel terhadap rintangan yang harus dilalui oleh setiap gaya. Hakikat tersebut memberikan gambaran yang jelas pada setiap gaya. Pengurangan yang terjadi akan menghilangkan pelaksanaan gaya tersebut yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian tujuan. Selain itu, perilaku waspada, yaitu perilaku yang wajar pada setiap struktur gaya akan menjamin pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar. Ketika guru menjadi ahli menggunakan setiap gaya tersebut, dia akan lebih fleksibel dan mampu mengubah gaya tersebut, sehingga mencapai lebih banyak tujuan dan mendapatkan lebih banyak siswa yang berhasil.
1.      Gaya A: Komando (Command).
Gaya komando adalah pendekatan mengajar yang paling bergantung pada guru. Tujuannya adalah penampilan yang cermat. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran dan ia sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif terhadap pengajaran dan memantau kemajuan besar dari perkembangan siswanya. Pada dasarnya gaya ini ditandai dengan penjelasan, demonstrasi, dan latihan. Lazimnya, gaya itu dimulai dengan penjelasan tentang teknik baku, dan kemudian siswa mencontoh dan melakukannya berulang kali. Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Siswa dibimbing ke suatu tujuan yang sama bagi semuanya. Memang Gaya Mengajar Komando kebanyakan terbukti efektif karena ilmu yang diperoleh oleh siswa akan cepat diserap dan dapat dimengerti, inilah peran guru dibutuhkan sepuasnya. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran yang mendukung dan yang efektif.
Sasaran Gaya Komando
·                  respons langsung terhadap petunjuk yang diberikan
·                  penampilan yang sama/seragam
·                  mengikuti model yang telah ditentukan
·                  ketepatan dan kecermatan respons
·                  meningkatkan semangat kelompok
·                  penggunaan waktu secara efisien
Penerapan Gaya Komando :
·                  Ingin diajarkan ketrampilan khusus atau khas
·                  Menangani kelas yang sulit dikendalikan
·                  Ingin mencapai kemajuan yang lebih cepat
·                  Sekelompok anak yang memerlukan bantuan khusus
Peran guru pada pembelajaran ini sangat dominan, yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua tahap, karena pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi sepenuhnya dilakukan oleh guru, sedangkan peserta didik/siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan, dan segala perintah dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan yang langsung dan cepat antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa tanda/komando yang diberikan guru, akan mengawali setiap gerakan peserta didik/siswa dalam menampilkan gerakan sesuai dengan contoh dari guru.Gaya komando sangat sesuai untuk kegiatan pembelajaran stretching, kalestenik dan teknik dasar
Kelemahan dan Kelebihan Gaya Komando
a) Kekurangan Gaya Komando adalah :
·                  Kurang mengembangkan penalaran
·                  Kurang mengembangkan pembentukan sifat
·                  Tidak demokratis Penyaluran aspek sosial, emosional, dan kognitif sangat terbatas

b) Kelebihan Gaya Komando adalah :
·                  Keseragaman gerak
·                  Jika dilakukan oleh banyak orang dapat membuat suasana indah dan menyenangkan
·                  Mengembangkan perilaku disiplin
·                  Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi
2.      Gaya B: Latihan (Practice).
Dalam gaya ini siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan, sedangkan guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan. Disini guru bertanggung jawab menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas dan menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Gaya latihan sangat sesuai untuk pembelajaran dalam penguasaan teknik dasar. Di dalam gaya tugas ini siswa ikut serta menentukan cepat lambatnya tempo belajar, maksudnya guru memberikan keleluasaan bagi setiap siswa untuk menentukan sendiri kecepatan belajar dan kemajuan belajarnya. Dalam gaya ini, guru tidak menghiraukan bagaimana kelas organisasi, atau apakah siswa melakukan tugas itu secara serempak atau tidak karena hal itu tidak begitu penting baginya. Tugas dapat disampaikan secara lisan atau tulisan. Siswa melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya dan dia juga dapat dibantu oleh temannya, atau tugas itu dilaksanakan dalam sebuah kelompok kecil.
Ciri Ciri Gaya Latihan
·                  Rumusan tujuan, pemilihan aktifitas belajar dan urutan kegiatan belajar ditentukan oleh guru.
·                  Siswa hanya diberi kebebasan dalam menentukan tempo latihan
Penerapan Gaya Latihan
·                  Tugas diberikan secara lisan atau tulisan
·                  Tugas lisan atau tulisan dibuat secara jelas dan singkat
·                  Siswa melakukan tugas dengan kemampuannya
Kekurangan dan Kelebihan Gaya Latihan
a) Kekurangan
·                  Kurang mengembangkan kreatifitas
·                  Tugas yang kurang jelas dan terlalu panjang dapat menimbulkan lupa
·                  Bagi sebagian anak dapat menghindari dari tugas yang sebenarnya
b) Kelebihan
·                  Guru dapat memberikan umpan balik secara individual
·                  Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab
3.        Gaya C Timbal Balik (Resiprocal)
Pada gaya resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran tertentu (dibagi menjadi dua kelompok), ada peserta didik/siswa yang berperan sebagai pelaku, dan sebagai observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh kelompok pelaku, sedangkan guru sebagai fasilitator. Kelompok siswa yang bertindak sebagai observer mengamati tampilan/aktivitas yang dilakukan oleh temannya (pelaku) dfengan membawa lembar observasi (pengamatan) yang telah disusun oleh guru, selanjutnya observer tersebut mengevaluasi tampilan dari kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini evaluasi dilakukan oleh peserta didik/siswa sendiri secara bergantian. Melalui upaya mengevaluasi aktivitas temannya, diharapkan siswa juga mengetahui konsep pelaksanaan yang benar, karena setiap siswa akan berperan sebagai observer (pengamat), maka mereka akan berupaya untuk menguasai konsep geraknya yang benar. Tanggungjawab dan pemberian umpan balik diberikan kepada siswa. Untuk pelaksanaan gaya resiprokal, siswa terlebih dahulu harus mempelajari teknik dasar, dan gaya resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik lanjutan. Gaya resiprokal juga memberikan kesempatan kepada teman sebaya untuk memberikan umpan balik dan peranan ini memungkinkan: 1. peningkatan interaksi sosial antar teman sebaya 2. umpan balik secara langsung.

Sasaran Gaya Resiprokal
1. Tugas (Materi Pembelajaran):
·                  Memberi kesempatan untuk latihan berulang kali dengan seorang pengamat
·                  Siswa menerima umpan balik langsung
·                  Sebagai pengamat, siswa memperoleh pengetahuan penampilan tugas
2. Peranan Siswa:
·                  Memberi dan menerima umpan balik
·                  Mengamati penampilan teman dan mengoreksi
·                  Menumbuhkan kesabaran dan toleransi
·                  Memberikan umpan balik
Akibat Ada Interaksi Sosial Antara Siswa Dengan Pasangannya :
·                  Umpan balik langsung
·                  Guru mengamati pelaku dan pengamat, tapi hanya berkomunikasi dengan pengamat
·                  Guru memberikan kriteria perilaku yang harus ditampilkan sebelum pelaksanaan pembelajaran
Peranan Guru
·                  Menjawab pertanyaan dari pengamat
·                  Berkomunikasi dengan pengamat
·                  Memantau pelaksanaan pembelajaran
Hal Hal Yang Dilakukan Guru Sesudah Pembelajaran:
·                  Menerima criteria perilaku
·                  Mengamati penampilan perilaku
·                  Membandingkan dan mendiskusikan penampilan dengan kriteria perilaku
·                  Menyimpulkan hal hal mengenai penampilan kepada perilaku
·                  Menyimpulkan posisi atau level penampilan disbanding dengan kriteria
·                  Guru harus menjawab / mengomentari pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan siswa.
Hal Yang Perlu Ditekankan Kepada Pengamat :
·                  Pengamat harus berperilaku sesuai dengan kriteria perilaku pengamat
·                  Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan balik sesuai dengan kriteria perilaku
Kelebihan atau Kekurangan.
Gaya ini memberikan kelebihan antara lain sebagai berikut:
·                  memberikan umpan balik seketika tanpa di tunda tunda yang mempunyai pengaruh nyata terhadap proses belajar siswa. Umpan balik ini berupa informasi tentang apa yang diperbuatnya baik yang benar atau yang keliru.
·                  dapat mengembangkan cara kerja dalam tim kecil. Sehingga aspek sosialnya berkembang.
·                  meningkatkan proses belajar mengajar dengan cara mengamati secara sistematik gerakan atau pokok bahasan dari teman. Pada dasarnya, mengamati kegiatan belajar teman itu merupakan suatu proses belajar mengajar juga.
Kekurangan itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
·                  Sering menimbulkan situasi yang emosional antar apelaku dan pengamat yang disebabkan pengamat berlaku berkelebihan dalam menyampaikan informasi yang bersangkutan. Perilaku yang berkelebihan antara alain menyampaikan dengan nada mengejek, menghakimi, bergaya mengurui yang serba tahu.
·                  Pada umumnya pelaku tidak tahan terhadap kritik siswa pengamat sehubungan dengan hasil belajar yang pemah dilakukan sebelumnya. Siswa pelaku tidak mau terima hasil pengamatan temannya. Situasi ini sering menimbulkan ketegangan anatara siswa pelaku dan siswa pengamat.
·                  Sering juga terjadi pasangan ini justru memantapkan suatu perilaku belajar yang sama, disebabkan mereka salah menafsirkan deskripsi gerakan atau pokok bahasan yang tertera dalam lembaran kerja.
4.      Gaya D: Evaluasi Diri (Shelfcheck).
Pengertian dari Self Check Style adalah Menilai penampilannya sendiri dan menetapkan kriteria untuk memperbaiki penampilannya sendiri serta belajar bersikap objektif terhadap penampilannya, baik belajar menerima keterbatasannya, membuat keputusan baru dalam bagian pelajaran selama dan sesudah pelajaran. Dalam gaya ini siswa lebih mandiri dibanding dengan gaya sebelumnya. Dalam gaya ini siswa membandingkan antara apa yang dilakukan dengan kriteria dari guru.
Implikasi Gaya Menilai Diri Sendiri :
·                  Guru mendorong kemandirian siswa
·                  Guru mendorong siswa utk mengembangkan keterampilan dan memantau sendiri
·                  Guru mempercayai siswa
·                  Guru mengajukan pertanyaan yang berpusat pada proses periksa diri dan pelaksanaan tugas
·                  Siswa belajar sendiri
·                  Siswa mengenali keterbatasannya
·                  Siswa memakai umpan balik dari hasil periksa diri
Peranan Siswa :
·                  Menilai penampilannya sendiri
·                  Menetapkan kriteria untuk memperbaiki penampilannya sendiri
·                  Belajar bersikap objektif terhadap penampilannya
·                  Belajar menerima keterbatasannya
·                  Membuat keputusan baru dalam bagian pelajaran selama dan sesudah pertemuan
Memilih Desain tugas :
·                  guru dapat memilih satu tugas untuk semuanya
·                  mendesain tugas yang berbeda-beda, menyediakan berbagai tugas sesuai dengan kemampuan siswa
·                  lembaran kriteria. lembaran tugas gaya ini sama dengan gaya latihan
5.      Gaya E: Inklusi (Inclusion).
Pada gaya inklusi, guru berperan sebagai pembuat keputusan dalam perencanaan, sedangkan peserta didik menentukan pilihan terhadap kelompok kegiatan dalam pelaksanaan dan evaluasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan, dan menetapkan pembagian level, atau kelompok kegiatan atas dasar kemampuan peserta didik yang terkait dengan tingkat berat dan kesulitan aktivitas yang akan dilakukan. Misal level 1 merupakan level yang paling mudah, level 2 lebih sulit dari pada level 1, level 3 lebih sulit dari pada level 2 dan seterusnya. Disamping menetapkan pembuatan level, guru juga menetapkan kriteria kemampuan pada tiap levelnya. Selanjutnya siswa secara bebas boleh memilih aktivitas pada level yang mereka anggap sesuai dengan kemampuannya (siswa) sendiri dan siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi kemampuan dirinya atas dasar lembar kriteria kemampuan yang telah dibuat oleh guru dan mengambil keputusan untuk berpindah level yang ada diatasnya (yang lebih tinggi). Untuk pelaksanaan gaya inklusi, siswa terlebih dahulu harus pernah melakukan pembelajaran teknik dasar.
Tujuan Gaya Inklusi :
  Melibatkan semua siswa
  Penyesuaian terhadap perbedaan individu
  Memberi kesempatan untuk memulai pada tingkat kemampuan sendiri
  Memberi kesempatan untuk mulai kerja dengan tugas-tugas yang ringan ke berat, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
  Belajar melihat hubungan antara kemampuan merasa dengan tugas apa yang dapat dilakukan oleh siswa
  Individualisasi dimungkinkan, karena memilih diantara alternatif tingkat tugas yang telah disediakan
Peranan Guru:
·    Membuat keputusan pada pra pertemuan
·    Harus merencanakan seperangkat tugas-tugas dalam berbagai tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan perbedaan individu dan yang memungkinkan siswa untuk beranjak dari tugas yang mudah ke tugas yang sulit
Implikasi Gaya Inklusif :
  Siswa dapat terlayani dengan perbedaan individu
  Adanya perbedaan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan kenyataan yang ada
  Fokus perhatian ke individu siswa
  Siswa membandingkan konsep mereka sendiri yang berkaitan dengan penampilan fisik
  Memilih dan merancang pokok bahasan
Keputusan-Keputusan Siswa:
·    Memilih tugas-tugas yang tersedia
·    Melakukan penafsiran sendiri dan memilih tugas awalnya
·    siswa mencoba tugasnya
·    Siswa menentukan untuk mengulang, memilih tugas yang lebih sulit atau lebih mudah, berdasarkan hasil tugas awal
·    Mencoba tugas berikutnya
·    Siswa menilai/menaksir hasil-hasilnya
·    Prosesnya dilanjutkan
6.      Gaya F: Penemuan Terpandu (Guided Discovery).
Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund "discovery adalah proses mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip". Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20). Sedangkan menurut Jerome Bruner "penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu". Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
    Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru(PPPG,2004:4). Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997: 1972). Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan. Fungsi pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang di mana siswa berpikir sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya. Dengan penjelasan di atas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan ter bimbing. Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari (Markaban, 2006:15). Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus,sifat) (PPPG,2003:4).
 Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan 'mengkonstuksi' sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (PPPG, 2004:5).
Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Menurut Markaban (2006:16) agar pelaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut :
·      Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
·      Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
·      Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
·      Bila dipandang perlu,konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
·      Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.
·      Sesudah siswa menemukan apa yang dicari hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah penemuan itu benar.
Memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing diatas dapat disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimlikinya. Kelebihan model pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai berikut :
·      Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
·      Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inguiry (mencari-temukan).
·      Mendukung kemampuan problem solving siswa.
·      Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa antar guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
·      Lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya
Sedangkan kekurangannya sebagai berikut :
·      Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
·      Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Dilapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah dimengerti dengan model ceramah.
·      Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.
7.      Gaya G: Penemuan Konvergen.
·      Gaya ini penekanannya terpusat pada perkembangan kognitif
·      Guru menyusun serangkaian pertanyaan
·      Pertanyaan yg disusun hanya satu jawaban yg dianggap benar
·      Pertanyaan harus menghasilkan jawaban yg mengarah pada penemuan konsep, prinsip, dan atau gagasan
Sasaran Gaya Konvergen
·      Melibatkan siswa dalam proses penemuan yang konvergen
·      Mengembangkan hubungan yang serasi dan tepat antara jawaban siswa dengan pertanyaan
·      Mengembangkan keterampilan untuk menemukan jawaban yang berurut yang akan menuju pada penemuan konsep
·      Mengembangkan kesabaran guru dan siswa
Anatomi Gaya Konvergen
·      Pra pertemuan       : kep. oleh guru
·      Dalam pertemuan  : kep oleh guru dan siswa
·      Pasca pertemuan   : kep oleh guru dan siswa
Penerapan Gaya Konvergen
·      Dalam menyusun pertanyaan harus mengenali prinsip, konsep, dan atau gagasan
·      Prosedur mengajarnya sebagai berikut:
·         -menyampaikan pertanyaan sesuai dg susunan
·         -beri waktu untuk siswa menjawab
·         -berikan umpan balik (netral atau menilai)
·         -ajukan pertanyaan berkutnya
·         -jangan berikan jawaban
·         -bersikap sabar dan menerima
8.      Gaya H: Penemuan Mandiri/Produksi (Divergen).
Gaya mengajar Divergen merupakan suatu bentuk pemecahan masalah. Dalam gaya ini siswa memperoleh kesempatan untuk mengambil keputusan mengenai suatu tugas yang khusus di dalam pokok bahasan. Gaya ini memungkinkan jawaban-jawaban yang beraneka ragam atau divergen atau jawaban-jawaban pilihan. Ini berbeda dengan gaya Penemuan Terpimpin, yang pertanyaan-pertanyaannya hanya disusun untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang konvergen.
Gaya ini disusun sedemikian rupa sehingga suatu masalah, pertanyaan atau situasi yang dihadapkan kepada siswa akan memerlukan pemecahan. Rangsangan-rangsangan yang diberikan akan membimbing siswa untuk mencari pemecahan atau jawaban secara individual.
Sasaran Gaya Divergen
·      Mendorong siswa untuk menemukan pemecahan ganda melalui pertimbangan-pertimbangan kognitif.
·      Mengembangkan “wawasan” (insight) ke dalam struktur kegiatan dan menemukan variasi.
·      Memungkinkan siswa untuk bebas dari guru dan melampaui jawaban-jawaban yang diharapkan.
·      Mengembangkan kemampuan untuk memeriksa dan menganalisis pemecahanpemecahannya.
Peranan Gaya Divergen
·      Mula-mula mungkin perlu meyakinkan siswa, bahwa gagasan dan pemecahan mereka akan diterima. Seringkali siswa sudah terbiasa dengan mereka diberitahu tentang apa yang harus mereka lakukan, dan tidak diperkenankan untuk menemukan sendiri jawaban-jawaban yang benar.
·      Pada waktu siswa bekerja mencari pemecahan, guru harus mengawasi dan menunggu untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menyusun jawaban-jawaban mereka:
a. Umpan balik harus dapat membimbing siswa kepada masalah untuk menemukan jawaban yang tepat.
b. Guru harus menahan diri untuk tidak memilihi jawaban-jawaban tertentu sebagai contoh. Sebab itu akan mendorong penjiplakan dan bukan pemecahan masalah secara individual.
9.      Gaya I: Program Rancangan Individu Siswa (Individual Programme).
Tujuan gaya ini adalah untuk merancang, mengembangkan, dan menampilkan serangkaian tugas yang disusun ke dalam program pribadi dengan berkonsultasi dengan guru. Hakikat: Siswa merancang, mengembangkan, dan menampilkan serangkaian tugas yang disusun ke dalam program pribadi. Siswa memilih topik, mengidentifikasi pertanyaan, mengumpulkan data, mencari jawaban, dan menyusun informasi. Siswa memilih area tema umum.
10.  Gaya J: Inisiasi Siswa.
Tujuan gaya ini adalah agar siswa mampu menginisiasi atau memprakarsai pengalaman belajarnya, merancangnya, menampilkannya, dan mengevaluasinya, bersama-sama dengan guru berdasarkan kriteria yang telah disepakati sebelumnya. Hakikat: Siswa memprakarsai gaya yang ia lakukan baik satu kegiatan maupun serangkaian kegiatan. Siswa mempunyai pilihhan untuk memilih gaya manapun di dalam Spektrum. Siswa harus mengenal deretan gaya yang terdapat dalam Spektrum.
11.  Gaya K: Melatih Diri (Shelf Teaching).  
Gaya ini memberikan siswa kesempatan untuk membuat keputusan maksimal tentang pengalaman belajarnya tanpa adanya campur tangan langsung guru. Gaya ini sangat jarang digunakan di sekolah. Gaya ini sangat cocok dikembangkan sebagai hobi atau kegiatan hiburan. Hakikat: siswa memprakarsai pengalaman belajarnya sendiri, merancangnya, menampilkannya, dan mengevaluasinya. Siswa memutuskan seberapa besar ikut campur gurunya.

2.3    Variasi Dalam Gaya Mengajar

Dalam mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya.
Dengan variasi gaya tersebut, akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap
penampilan mengajar guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi
komponen-komponen sebagai berikut :
a. Variasi suara
Variasi suara dalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat.Suarang guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan. Jika suara guru senantiasa keras terus atau terlalu keras, justru akan sulit diterima, karena siswa menganggap gurunya seorang yang kejam, bila sudah begitu siswa diliputi oleh rasa cemas, ketakutan selama belajar. Masalah seperti ini yang harus dihindari bahkan ditiadakan. Tapi kalau suara guru terlalu lemah (biasanya guru wanita) akan terdengar tidak jelas oleh siswa dan tidak bisa menjangkau seluruh siswa di kelas, apalagi yang duduknya dideretan belakang. Bila sudah begitu siswa akan meremehkan gurunya, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan itupun kurang. Untuk itu guru menggunakan variasi suara yang disesuaikan ndengan situasi dan kondisi. Jadi suara guru senantiasa berganti-ganti, kadang meninggi, kadang cepat, kadang lambat, kadang rendah (pelan).
Variasi suara bisa mempengaruhi informasi yang sangat biasasekalipun, gunakanlah bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal penting, gunakan kalimat pendek yang cepat untuk menimbulkan semangat.
Lagu bicara atau intonasi suara mempunyai pengaruh pada dayatangkap siswa terhadap pembicaraan guru. Lagu bicara yang datar (monoton) akan membosankan siswa, sehingga siswa cepat lelah dalam mendengarkan. Demikian pula lagu bicara yang naik turun atau bersendat-sendat. Hal seperti ini sering menjadi bahan tertawaan siswa dan cenderung ditirukan dengan maksud mengejek, akibatnya konsentrasi mereka rusak. Disini juga menganjurkan adanya tekanan bicara, yang mana diberikan pada hal-hal yang penting, misalnya dalam menyebutkan definisi, istilah, nama, rumus, dan kata-kata asing dengan ucapan pelan-pelan dan jelas dengan volume suara yang cukup. Kelancaran bicara juga patut diperhatikan karena mempunyai pengaruh yang besar pada daya tangkap siswa. Jadi, seyogyanya sebelum satu kalimat dikeluarkan atau dibicarakan lebih dulu difikirkan susunan yang benar ditinjau dari segi tata bahasa. Ucapan bahasa daerah sebaiknya tidak dipergunakan.
Setelah membaca uraian diatas kita tahu betapa pentingnya suara guru untuk diperhatikan, karena merupakan alat komunikasi yang penting dalam interaksi edukatif, memang berbicara didepan kelas tidak dapat disamakan dengan orang yang berpidato didepan masa dan orang yang membaca puisi, karena guru menganggap siswa itu sebagai lawan bicara. Sehingga terlibat kontak batiniah masing-masing individu.
b. Pemusatan perhatian
Perhatian menurut Ghozali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek.
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika materi yang disampaikan oleh guru iru tidak menjadi perhatian siswa, maka bisa menimbulkan kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar. Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan atau memberikanperingatan dengan bentuk kata-kata. Misalnya : “Perhatikan baik-baik”, “Jangan lupa ini dicatat dengan sungguh-sungguh” dan sebagainya.Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni :
1) Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis rangsangan baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk. Dalam pelajaran, seorang guru dapat menarik perhatian tentang kata-kata
penting pada suatu bacaan dengan memberi warna merah atau digaris bawahi.
2) Perhatian seseorang tertuju tau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit. Bagi guru yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh tampak terlalu rumit dan guru tidak boleh mempersulit pelajaran yang sederhana dikarenakan semata-mata untuk menarik perhatian siswa.
3) Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat tersebut ada dua cara yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Dari luar bisa saja lingkungan, orang tua dan guru. Disini gurulah yang berhak menimbulkan atau membangkitkan minat belajar siswa baik dirumah maupun dikelas.
Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang siswanya agar bisa mengarahkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi guru dalam memusatkan perhatian siswa bisa dengan memberikan kata-kata seperti : “coba perhatikan ini baik-baik”, karena materinya agak sulit dan sebagainya.
c. Kesenyapan atau kebisuan guru (Teaching Silence)
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu.
Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat.Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada siswa untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.
d. Kontak pandang
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru menunduk terus atau melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan para siswanya dan jangan sampai pula guru hanya mengadakan kontak pandang dengan satu siswa secara terus menerus tanpa memperhatikan siswa yang lain. sebaliknya bila guru berbicara atau menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap anak disik atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling perhatian diantara mereka.
Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya didepan kelas :
1) Melihat keluar ruang
2) Melihat kearah langit-langit
3) Melihat kearah lantai
4) Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja
5) Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil menunjukkan sesuatu.
Hal-hal diatas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas dengan baik.
Jadi dalam kontak pandang hendaknya guru berusaha seintim mungkin agar siswa merasa diperhatikan dan dihargai, kontak mata yang sering dilakukan, akan membangun dan membina jalinan tingkat tinggi, yaitu mengetahui psikologi anak atau siswa dan mengetahui seberapa banyak pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Untuk itu, pandanglah siswa-siswa anda secara merata tapi jangan berlebihan, gunanya pandangan mata, seorang guru adalah untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa.
e. Gerakan anggota badan atau mimic
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan tangan dan anggota badan lainnya adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi, gunanya adalah untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan untuk memperjelas penyampaian materi.
Orang akan lebih jelas dalam memahami sesuatu menggunakan indera pendengar dan disertai indera penglihatan atau mata, semakin banyak indera yang digunakan hasilnya semakin baik.
Begitu pula siswa, jika seorang guru yang mengajarnya hanya mematung dan menggunakan mulutnya saja, tanpa menggerakkan anggota badan akan memberi kesan buruk, suasana hampa dan tidak hidup, sehingga siswa cepat bosan, sebaliknya jika gerakan-gerakan guru terlalu over acting dalam memberi pengajaran juga akan berakibat buruk, disini gerakan-gerakan guru sebagian besar menjadi pusat perhatian siswa, jika gerakannya terarah, siswa merasa senang dalam mengikuti pelajaran tersebut. Jadi gerakan yang baik adalah gerakan yang efisien dan efektif artinya gerakan yang cukup, tetapi benar-benar mendukung penjelasan atau uraian guru. Gerakan-gerakan tersebut bias dengan menganggukkan kepala untuk menunjukkan setuju, dan sebaliknya jari dan tangan berarti “tidak” dan sebagainya.
Gerakan tangan menulis dipapan tulis itu juga memerlukan latihan, walaupun kelihatan diremehkan, sekarang ini banyak guru yang tidak begitu memperhatikan tulisannya dipapan tulis, padahal tulisannya itukurang jelas, naik turun, hal ini bias mempengaruhi kebosanan siswa.Tidak semua gerakan anggota badan itu baik dalam arti esuai, ada gerakan yang biasa dilakukan tapi perlu dihindari, seperti menggaruk-garuk badan, memegang celana tanpa alasan yang benar, menghapus atau menggosok hidung dan lain sebagainya. Jadi, suatu gerakan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan guru pada saat menerangkan materi, harus relevan dengan materi yang disampaikan dan itu tidak boleh terlalu berlebihan. Secukupnya saja, begitu juga dengan ekspresi wajah-wajah anda adalah alat komunikasi yang kuat.
Pesan non verbal yang disampaikan melalui alis terangkat, sunggingan sebyum, dahi berkerut, cemberut itupun mempengaruhi siswa dalam belajar, jika selama proses belajar mengajar berlangsung. Seorang guru memasang wajah sedih, cemberut, siswa akan tampak ketakutan. Suasana kerasa mencekam dan tegang. Suasana seperti ini bias mematikan kreatifitas belajar siswa. Ide atau keinginan yang positif menjadi kandas ditengah jalan, untuk itu sebaliknya jika seorang guru punya masalah pribadi jangan ditampakkan didepan kelas saat mengajar. Mungkin dengan memasang
wajah yang cemberut, marah, sedih ini sangat mempengaruhi suasana kelas, jadi, seorang guru harus pandai mengendalikan emosinya dan jika sudah masuk, guru seharusnya memasang wajah yang penuh semangat, ceria, dan mendukung suasana belajar yang kondusif, agar siswa tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran yang akan disampaikannya.
f. Perpindahan posisi guru. Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu jangan dilakukan secara berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru akan kelihatan terburu-buru, lakukan saja secara wajar agar siswa bias memperhatikan.
Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara anak didik dari belakang kesamping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk dan diam di tempat lalu berjalan-jalan mengelilingi siswa dan sebagainya. Yang penting dalam perubahan posisi itu harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir dan seorang guru janganlah melakukan kegiatan mengajar dengan satu posisi, misalnya saja saat menerangkan guru hanya berdiri didepan kelas saja atau duduk dikursi saja, tanpa ada pergantian atau variasi ini bisa menimbulkan kebosanan siswa.
Guru melakukan pergantian posisi, sebaiknya jangan kaku atau kikuk, lakukan saja secara bebas dan wajar bisa menarik perhatian siswa, jika guru kaku dalam bergerak ini bisa menjemukan siswa. Dan bila variasi dilakukan secara berlebihan itu juga bisa mengganggu perhatian siswa atau konsentrasi siswa terhadap pelajaran.
Maka dari itu gunakanlah variasi posisi ini secara wajar dan sesuaikan dengan tujuan, tidak sekedar mondar-mandir.

 

 




BAB III

SIMPULAN DAN SARAN


3.1 Simpulan

Gaya mengajar adalah hal yang sangat penting untuk menentukan bagaimana cara mengajar yang tepat atau yang terbaik. Untuk memilih gaya mengajar yang tepat biasanya dilihat dari karakteristik guru dan muridnya juga dan didasarkan atas interaksi antara perilaku siswa dan perilaku guru, serta hubungannya dalam mencapai suatu sasaran tertentu. Guru harus bisa memilih gaya yang benar atau pas untuk materi pembelajaran yang akan diberikan terhadap muridnya. Dalam satu pertemuan tidak hanya satu gaya mengajar saja yang digunakan, akan tetapi harus banyak variasinya dalam gaya mengajar supaya murid atau siswa tertarik terhadap penampilan mengajar guru.

3.2 Saran                  

Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
Diharapkan dalam memilih gaya yang tepat, penting dipertimbangkan karakter sosial, emosional, fisikal, mental, dan karakteristik lainnya yang melekat pada anak dan relatif berbeda.










DAFTAR PUSTAKA


Tite Juliantine. 2013. Belajar dan Pembelajaran Penjas.  FPOK-UPI. Bandung.




6 comments: